Konektor OBD (On-Board Diagnostic) merupakan sebuah perangkat yang berfungsi sebagai jalur agar dapat melakukan komunikasi dengan ECU (Electronic Control Unit), dengan menggunakan Konektor OBD maka akan dimungkinkan untuk membaca dan me-reset kode kerusakan yang tersimpan pada memori ECU.

Mobil-mobil teknologi tinggi sekarang ini ada yang menggunakan berbagai macam control modul dalam jumlah yang cukup banyak dengan fungsi yang beraneka ragam dalam sistem kendaraan, dimana seluruh informasi diagnosa di dalam control modul tersebut dapat diakses melalui konektor OBD-II.

Sebuah mobil mempunyai satu buah Konektor OBD-II yang dapat digunakan untuk melakukan 
diagnosa  dan programming.

Soket DLC 3

Susunan Pin Konektor OBD-II 

OBD-II yang digunakan pada seluruh kendaraan sekarang mempunyai standard yang sama, baik dari segi bentuk konektornya maupun penyusunan pin konektornya mengikuti standard yang sama.

Gambar 1 menunjukkan interface konektor standard J1962 yang menggunakan konektor 16 pin female (terdiri dari 2 baris, 8 pin diatas dan 8 pin dibawah).

Beberapa Pin merupakan pin standard yang harus digunakan oleh seluruh pabrikan mobil, namun ada beberapa pin khusus yang dapat digunakan sesuai dengan kebutuhan dan keinginan masing-masing pabrikan mobil

Sistem transmisi data OBD-II menggunakan sistem komunikasi Bus Line. ISO Lines menyediakan transfer data untuk banyak merk mobil, dan terminal manufacturer spesific dapat digunakan untuk berbagai keperluan sesuai dengan keperluan dan keinginan masing-masing pabrikan mobil.


 

Penjelasan Soket Untuk  Diagnosa Mobil OBD-II dan Kode DTC
Soket DLC 3 Standard SAE



 

  • Pin 1. Manufacturer Specific
  • Pin 2. Bus (+) Positive Line
  • Pin 3. Manufacturer Specific
  • Pin 4. Chassis Ground
  • Pin 5. Signal Ground
  • Pin 6. CAN High
  • Pin 7. ISO K Line
  • Pin 8. Manufacturer Specific
  • Pin 9. Manufacturer Specific
  • Pin 10. Bus (–) Negative Line
  • Pin 11. Manufacturer Specific
  • Pin 12. Manufacturer Specific
  • Pin 13. Manufacturer Specific
  • Pin 14. CAN Low
  • Pin 15. ISO L Line
  • Pin 16. Battery Voltage

Lokasi Konektor OBD 

Konektor OBD II umumnya diletakkan pada ruang penumpang di sisi pengemudi, yaitu dibawah steering wheel atau di konsol tengah sehingga akan lebih mudah diakses dari ruang penumpang maupun dari luar kendaraan.

Lokasi konektor OBD-II dibuat standard berada disekitar area steering wheel atau dalam area jangkauan pengemudi, tidak seperti lokasi konektor OBD-I yang ditempatkan pada area yang berbeda-beda, seperti di ruang mesin dll.

Penjelasan Kode kerusakan OBD-II Fault 

Kode kerusakan atau sering disebut juga DTC (Diagnostic Trouble Code) biasanya terdiri dari 5 karakter yaitu 1 huruf yang kemudian diikuti oleh 4 angka.

Berikut penjelasan karakter DTC yang digunakan :

Karakter Pertama :

  • Bxxxx – Body Systems (lighting, airbags, climate control system, dll.)
  • Cxxxx – Chassis Systems (anti-lock brake system, electronic suspension and steering systems, dll)
  • Pxxxx – Powertrain Systems (engine, emission and transmission systems)
  • Uxxxx – Network Communication and Vehicle Integration Systems (controller area network wiring bus and modules, dll)

Karakter Kedua:

  • x0xxx – Kode standard ISO/SAE 
  • x1xxx – Kode Khusus Pabrikan (Manufacturer Specific Code)
  • x2xxx – Manufacturer Specific Code atau kode ISO/SAE
  • x3xxx – Manufacturer Specific Code atau kode ISO/SAE

Karakter Ketiga :

  • xx0xx – Seluruh sistem
  • xx1xx – Secondary Air Injection System
  • xx2xx – Fuel System
  • xx3xx – Ignition System
  • xx4xx – Exhaust Monitoring System
  • xx5xx – Idle Speed Control or Cruise Control
  • xx6xx – Input / Output Signal from Control Units
  • xx7xx – Transmission System
  • xx8xx – Transmission System
  • xx9xx – Transmission System

Karakter Keempat dan Kelima:

 

  • xxxXX – menunjukkan komponen yang diidentifikasi ECU mengalami kerusakan.

Gambar 2. OBD-II Code Reader – Cara membaca Kode kerusakan


 

Penjelasan Soket Untuk  Diagnosa Mobil OBD-II dan Kode DTC



 

Perhatikan contoh kode kerusakan P0302 :

  • Karakter Pertama dari kode tersebut berupa Huruf yang menunjukkan sistem yang mengalami kerusakan dan menghasilkan DTC. Pada contoh ini adalah huruf ( P ) menunjukkan kerusakan pada sistem powertrain.
  • Karakter kedua berupa Angka (0) menunjukkan ini adalah kode standard SAE atau ISO.
  • Karakter ketiga menunjukkan subsystem yang terpengaruh oleh kerusakan. Pada contoh Angka (3) menunjukan misfire sistem pengapian.
  • Dua karakter angka terakhir menunjukkan kode angka yang mengidentifikasi kerusakan yang lebih spesifik pada sistem atau komponen, dan sering kali menjelaskan kerusakan yang terjadi. Pada contoh, Angka (02) mendeteksi terjadinya kerusakan misfire pengapian pada silinder mesin nomor 2.